Kamis, 29 September 2016

LP & ASKEP JIWA RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)



 
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA RESIKO PERILAKU KEKERASAN
By : Lutfy Nooraini 

A.   Masalah Utama
Resiko perilaku kekerasan

B.   Proses Terjadinya Masalah
1.    Definisi
Perilaku kekerasan (agresif) adalah suatu bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan menyakiti atau melukai orang lain yang dimotivasi menghindari perilaku tersebut (Kaplan dan Sadock, 1997).

Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain.
2.    Tanda dan gejala
Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai berikut :
a.    Muka merah
b.    Pandangan tajam
c.    Otot tegang
d.    Nada suara tinggi
e.    Berdebat
f.     Kadang memaksakan kehendak
Gejala yang muncul :
a.    Stress
b.    Mengungkapkan secara verbal
c.    Menentang

C.   Gambaran klinis


Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1994) adalah sebagai berikut :
1.    Pasif agresif
a.    Sikap suka menghambat
b.    Bermalas-malasan
c.    Bermuka masam
d.    Keras kepala dan pendendam
2.    Gejala agresif yang terbuka (tingkah laku agresif)
a.    Suka membantah
b.    Menolak sikap penjelasan
c.    Bicara kasar
d.    Cenderung menuntut secara terus-menerus
e.    Hiperaktivitas
f.     Bertingkah laku kasar disertai kekerasan

D.   Etiologi
1.    Faktor predisposisi
Sebagai faktor dari klien yang bertingkah laku agresif menurut Stuart dan Laria (1998) antara lain :
a.    Psikologis
b.    Perilaku
c.    Sosial budaya
d.    Bioneurologis
2.    Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Laria (1998) faktor pencetus dapat bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari klien misalnya terputusnya percaya diri, yang kurang ketidakpercayaan dari situasi lingkungan misalnya lingkungan yang ribut, padat, penghinaan, dan kehilangan kemudian dari interaksi sosial seperti adanya konflik 

E.   Akibat dan mekanisme
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

F.    Penyebab dan mekanisme
Harga diri rendah, seseorang dengan Harga diri rendah, ia merasakan bahwa dirinya tidak mampu, tidak mempunyai keberdayaan untuk memecahkan masalah sehingga klien menggunakan respon mal adaptif perilaku kekerasan.

G.   Pohon Masalah
 


H.   Masalah Keperawatan 
1.    Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Data :
a.    Muka merah
b.    Pandangan tajam
c.    Otot tegang
d.    Nada suara tinggi
e.    Berdebat
f.     Kadang memaksakan kehendak
Gejala yang muncul :
a.    Stress.
b.    Mengungkapkan secara verbal
c.    Menentang
d.    Menuntut
2.    Perilaku kekerasan
Data :
a.    Agresif
b.    Gaduh
c.    Gelisah
d.    Menyentuh orang lain secara menyakitkan
e.    Mengancam, melukai
f.     Marah tingkat ringan sampai serius
3.    Harga diri rendah
Data :
a.    Kurang bergairah
b.    Tidak peduli lingkungan
c.    Kegiatan menurun
d.    Banyak tidur siang
e.    Tinggal di tempat tidur dengan waktu yang lama
f.     Apatis
g.    Efek tumpul dan komunikasi verbal kurang

I.      Diagnosa Keperawatan
1.    Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 
2.    Resiko perilaku kekerasan.

J.    Rencana Tindakan Keperawatan
1.    Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan.
Tujuan khusus :
a.    Tujuan khusus 1 yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
1)    Wajah cerah, tersenyum
2)    Mau berkenalan
3)    Ada kontak mata
4)    Bersedia menceritakan perasaan
Intervensi :
1)    Beri salam setiap berinteraksi 
2)    Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi.
3)    Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
4)    Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5)    Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
6)    Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
b.    Tujuan khusus 2 yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya :
Kriteria evaluasi :
1)    Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
2)    Menceritakan penyebab perasaan jengkel atau kesal baik dari didi sendiri maupun lingkungan.
Intervensi :
1)    Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :
2)    Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
3)    Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
c.    Tujuan khusus 3 yaitu klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi :
1)    Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini
2)    Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
3)    Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi.
4)    Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami bisa teratasi.
d.    Tujuan khusus 5 yaitu klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini :
1)    Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dan lain-lain.
2)    Orang lain atau keluarga : luka, tersinggung, ketakutan, dan lain-lain.
3)    Lingkungan : barang atau benda rusak.\
Intervensi :
Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada: Diri sendiri, orang lain (keluarga) lingkungan
e.    Tujuan khusus 6 yaitu klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan.
Kriteria hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan.
1)    Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain.
2)    Tanda emosional : perasaan marah, jengkel dan bicara kasar.
3)    Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.
Intervensi :
Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya.
1)    Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi.
2)    Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosinya) saat perilaku kekerasan terjadi.
3)    Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat perilaku kekerasan terjadi.
f.     Tujuan khusus 4 klien mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
1)    Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya.
2)    Perasaan saat melakukan kekerasan.
3)    Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
1)    Menjelaskan cara-cara saat mengungkapkan marah.
Intervensi :
Diskusikan dengan klien :
1)    Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat.
2)    Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selama perilaku kekeraasn yang diketahui klien.
3)    Jelaskan cara-cara sehat untuk melakukan marah :
a)    Cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
b)    Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain.
c)    Spiritual : sembahyang, berdo’a, dzikir, meditasi sesuai dengak keyakinanya masing-masing.
g.    Tujuan khusus 7 yaitu klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien memeragakan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
1)    Fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur.
2)    Verbal : mengungkapkan perasaan kesal atau jengkel pada orang lain tanpa menyakiti 
3)    Sosial : latihan asertif dengan orang lain.
4)    Spiritual : dxikir, berdo’a, meditasi sesuai agamanya
Intervensi :
1)    Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien dan memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
2)    Latih klien memperagakan cara yang dipilih :
a)    Peragakan cara melakukan cara yang dipilih
b)    Jelaskan manfaat cara tersebut
c)    Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
d)    Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
3)    Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah atau jengkel.
h.    Tujuan khusus 8 yaitu klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan keluarga menjelaskan :
1)    Cara merawat klien dengan perilaku kekerasan
2)    Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi :
1)    Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.
2)    Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan.
3)    Jelaskan pengertian, penyebab akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
4)    Peragakan cara merawat klien (mengenal perilaku kekerasan).
5)    Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang.
6)    Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang telah dilatihkan.
i.      Tujuan khusus 9 yaitu klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan :
Kriteria hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
1)    Manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu pemakaian dan cara pemakaian, serta efek yang dirasakan.
2)    Klien menggunakan obat sesuai program.
Intervensi :
1)    Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak minum obat.
2)    Jelaskan kepada klien :
a)    Jenis obat (nama, warna, dan bentuk obat)
b)    Dosis yang tepat untuk klien
c)    Waktu pemakaian
d)    Cara pemakaian
e)    Efek yang akan dirasakan klien
3)    Anjurkan klien :
a)    Minta dan menggunakan obat tepat waktu.
b)    Lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa.
4)    Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.

DAFTAR PUSTAKA
  
Carpenito, L.J., 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8, EGC, Jakarta.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa, Widya Medika, Jakarta

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya Medika, Jakarta.

Keliat, B.A., Herawati, N., Panjaitan, R.U., dan Helen N., 1998, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta. 

Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Kusuma W., 1997, Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek, EGC, Jakarta.

Nanda, 2001, Diagnosis Keperawatan Nanda, Jakarta

Nanda, 2006, Nursing Diagnosis : Definition and Clasification, Philadelpia.

Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan), EGC, Jakarta.

Townsend, M.C., 1998, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik (terjemahan), Edisi 3, EGC, Jakarta

2 komentar: